PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)
A. PENDAHULUAN
Penyakit jantung korener (PJK) merupakan salah
satu bentuk penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian nomor satu
di dunia. PJK adalah suatu penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya
hidup, dan sosial ekonomi masyarakat. 1 Penyakit ini merupakan problem
kesehatan utama di negara maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari
7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002. Angka ini
diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada tahun 2020, (Bustan MN,2007).
Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut
arteriosclerosis, dan salah satu bentuk arteriosclerosis adalah penyempitan
karena lemak jenuh, yang disebut atherosclerosis. Dalam proses ini, lemak-lemak
terkumpul di dinding arteri dan penebalan ini menghasilkan permukaan yang kasar
pada dinding arteri dan juga penyempitan arteri koroner. Hal ini membuat
kemungkinan adanya penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit ini.
Jika darah terus menggumpal, maka tidak ada lagi darah yang bisa mengalir
karena darah ini diblok oleh gumpalan darah yang sudah menjadi keras.
(Brittlate, 2007)
B.
DEFINISI
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan
dimana terjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner.
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan
jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan
terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian.
C.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler
pada perinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1) Aterosklerosis
Aterosklerosis
pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koroneria yang paling
sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah. Bila lumen menyempit makaresistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium (Brown, 2006).
2) 2)
Trombosis
Endapan
lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan lamakelamaan berakibat robek
dinding pembuluh darah. Pada mulanya, gumpalan darah merupakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk mencegahan perdarahan berlanjut pada saat terjadinya
luka. Berkumpulnya gumpalan darah dibagian robek tersebut, yang kemudian
bersatu dengan keping-keping darah menjadi trombus. Trombosis ini menyebabkan
sumbatan di dalam pembuluh darah jantung, dapat menyebabkan serangan jantung mendadak,
dan bila sumbatan terjadi di pembuluh darah otak menyebabkan stroke (Kusrahayu,
2004).
D.
PATOFISIOLOGI
1) Angina pektoris stabil Angina pektoris
ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu rasa tertekan atau
berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada terutama saat
melakukan kegiatan fisik, terutama dipaksa bekerja keras atau ada tekanan
emosional dari luar. Biasanya serangan angina pektoris berlangsung 1-5 menit,
tidak lebih dari 10 menit, bila serangan lebih dari 20 menit, kemungkinan
terjadi serangan infark akut. Keluhan hilang setelah istirahat.
2) Angina pektoris yang tidak stabil Pada angina
pektoris yang tidak stabil serangan rasa sakit dapat timbul pada waktu
istirahat, waktu tidur, atau aktifitas yang ringan. Lama sakit dada lebih lama
daripada angina biasa, bahkan sampai beberapa jam. Frekuensi serangan lebih
sering dibanding dengan angina pektoris biasa.
3) Angina varian (prinzmetal) Terjadi hipoksia
dan iskemik miokardium disebabkan oleh vaso spasme (kekakuan pembuluh darah),
bukan karena penyempitan progesif arteria koroneria. Episode terjadi pada waktu
istirahat atau pada jam-jam tertentu tiap hari. EKG peningkatan segmen ST.
4) Sindrom koroner akut (SKA) Sindrom klinik yang
mempunyai dasar patofisiologi yang sama yaitu erosi, fisur, ataupun robeknya
plak atheroma sehingga menyebabkan thrombosis yang menyebabkan ketidak
seimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Termasuk SKA adalah angina
pektoris stabil dan infark miokard akut (Majid, 2007). Sindrom Koroner Akut
(SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang
utama dan paling sering mengakibatkan kematian.
E.
TANDA DAN GEJALA
Sumber rasa sakit berasal dari pembuluh
koroner yang menyempit atau tersumbat. Rasa sakit tidak enak seperti ditindih
beban berat di dada bagian tengah adalah keluhan klasik penderita penyempitan
pembuluh darah koroner. Kondisi 7 yang perlu diwaspadai adalah jika rasa sakit
di dada muncul mendadak dengan keluarnya keringat dinggin yang berlangsung
lebih dari 20 menit serta tidak berkurang dengan istirahat. Serangan jantung
terjadi apabila pembuluh darah koroner tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat
total. Sebagian penderita PJK mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak
nafas, dan mengeluh rasa lemas bahkan pingsan.
F.
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu
faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
1) Faktor resiko lain yang masih dapat diubah
a. Hipertensi
Tekanan
darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang akan mengganggu fungsi
endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah (termasuk pembuluh
koroner). Disfungsi endotel ini mengawali proses pembentukan kerak yang dapat
mempersempit liang koroner. Pengidap hipertensi beresiko dua kali lipat
menderita penyakit jantung koroner. Resiko jantung menjadi berlipat ganda
apabila penderita hipertensi juga menderita DM, hiperkolesterol, atau terbiasa
merokok. Selain itu hipertensi juga dapat menebalkan dinding bilik kiri jantung
yang akhirnya melemahkan fungsi pompa jantung (Yahya, 2010). Resiko PJK secara
langsung berhubungan dengan tekanan darah, untuk setiap penurunan tekanan darah
diastolik sebesar 5mmHg resiko PJK berkurang sekitar 16%
b. Diabetes Mellitus
Diabetes
Mellitus (DM) berpotensi menjadi ancaman terhadap beberapa organ dalam tubuh
termasuk jantung. Keterkaitan diabetes mellitus dengan penyakit jantung
sangatlah erat. Resiko serangan jantung pada penderita DM adalah 2-6 kali lipat
lebih tinggi dibandingkan orang tanpa DM. Jika seorang penderita DM pernah
mengalami serangan jantung, resiko kematiannya menjadi tiga kali lipat lebih
tinggi. Peningkatan kadar gula darah dapat disebabkan oleh kekurangan insulin dalam
tubuh, insulin yang tidak cukup atau tidak bekerja dengan baik.
c. Merokok
Sekitar
24% kematian akibat PJK pada laki-laki dan 11% pada perempuan disebabkan
kebiasaan merokok. Orang yang tidak merokok dan tinggal bersama perokok
(perokok pasif) memiliki peningkatan resiko sebesar 20-30%. Resiko terjadinya
PJK akibat merokok berkaitan dengan dosis dimana orang yang merokok 20 batang
rokok atau lebih dalam sehari memiliki resiko sebesar dua hingga tiga kali
lebih tinggi menderita PJK dari pada yang tidak merokok (Leatham, 2006). Setiap
batang rokok mengandung 4.800 jenis zat kimia, diantaranya karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen sianida, amoniak, oksida nitrogen,
senyawa hidrokarbon, tar, nikotin, benzopiren, fenol dan kadmium. Reaksi kimiawi
yang menyertai pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa kimiawi yang
terserap oleh darah melalui proses difusi.
d. Obesitas
Kelebihan
berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras, adanya beban ekstra bagi
jantung. Berat badan yang berlebih menyebabkan bertambahnya volume darah dan
perluasan sistem sirkulasi sehingga berkolerasi terhadap tekanan darah
sistolik.
2) Tiga faktor resiko yang tidak dapat diubah,
yaitu:
a. Jenis Kelamin
Penyakit
jantung koroner pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan
dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki daripada
perempuan. Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah
menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi
pada laki-laki .
b. Keturunan (genetik)
Riwayat jantung koroner pada keluarga meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Riwayat keluarga penderita jantung koroner umumnya mewarisi faktor-faktor resiko lainnya, seperti abnormalitas kadar kolesterol, peningkatan tekanan darah, kegemukan dan DM. Jika anggota keluarga memiliki faktor resiko tersebut, harus dilakukan pengendalian secara agresif. Dengan menjaga tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah agar berada pada nilai ideal, serta menghentikan kebiasaan merokok, olahraga secara teratur dan mengatur pola makan.
c. Usia
Kerentanan
terhadap penyakit jantung koroner meningkat seiring bertambahnya usia. Namun
dengan demikian jarang timbul penyakit serius sebelum usia 40 tahun, sedangkan
dari usia 40 hingga 60 tahun, insiden MI meningkat lima kali lipat. Hal ini
terjadi akibat adanya pengendapan aterosklrerosis pada arteri koroner.
G.
PEMERIKSAAN
1,Pemeriksaan laboratrium
2. pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
3. pemeriksaan EKG tredmil
4. pemeriksaan ekokardiogram
H.
REHABILITAS JANTUNG
1. peran fisoterapi pada rehabilitas jantung
Dalam
rehabiltas jantung,peran fisioterapi diantaranya
- Meningkatkan pemulihan fungsional aktifitas pasien
pada fase pre operasi dan pasca operasi
- Intervensi fisioterapi disini mengurangi
komplikasi, angka rawat inap dan kematian sehingga meningkatkan kualitas hidup.
2. tahap I rehabilitas jantung
Tahap
rawat inap disebut juga sebagai fase I (akut). Pada fase I, pasien harus menerima mobilitas dan program latihan
bertingkat sehingga pada sat pulang, pasien mampu melakukan ADL
3. tahap II rehabilitas jantung
Tahap kedua adalah tahap awal pasca
keluar, berlangsung 4-6 minggu. Program latihan induvidual didasarkan pada
kapasitas fungsional pasien setelah penilian komprehenshif. Ada beberapa ujui
klinis yang dapat digunakan untuk memperkirakan kapasitas fungsional, antara
lain: six-minute walking test, stair-climbing test, shuttle test.
4. tahap III rehabilitas jantung
Fase ini meupakan pendidikan rawat
jalan dan komponen program latihan terstruktur, berlansung selama 6-12 minggu.
Komponenen kunci dari fase ini adalah latihan fisik, pendidikan dan konsling
psikososial mengeai faktor risiko dan modifikasi gaya hidup.
Program-program ini harus mencakup
latihan meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, kesimbangan dan keoordinasi.
Fisioterapi dapat memantauintensitas latihan pasien menggunakan kombinasi:
respon herat rate, tekanan darah, denyut nadi, RPE, dan tingkat saturasi
oksigen
5. tahap IV rehabilitas jantung
Idividu harus pertimbangkan untuk
dipindahkan rehabilitas jangka panjang jika mereka stabil secara medis dapat
berolahraga secara mandiri, dalam fase IV ini mungkin ingin terlibat dalam
aktivitas berbeda yang akan membantu menjaga kesehatan psiokolgis dan kebugaran
fisik mereka.
I.
LANGKAH
MENGURANGI RESIKO JANTUNG KORONER
1.melakuksan tes kolestrol dan angiogram
2. menuurunkan tingkat kolestrol total
3. olahrga secara teratur
4. berhenti merokok
5. kurangi konsumsi makanan berlemak hewani
6. perbanyak konsumsi buah-buahan
DAFTAR PUSTAKA
Bustan MN. Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta; 2007.
Brittlate.
Penyakit jantung koroner yang mematikan. http://www.forumsains.
com/index.php?page=33; 2007
ditulis oleh dhilla budi haryati (191030116)
Komentar
Posting Komentar